Teori Piaget
Piaget merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan teori Konstruktivisme. Menurut Piaget adalah suatu schemata atau kumpulan skema-skema. Perkembangan schemata ini berlangsung terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Proses terjadinya adaptasi schemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan ini melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi, yaitu proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara langsung.
2. Akomodasi, yaitu proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Hal ini terjadi karena stimulus baru tidak dapat diasimilasi, karena tidak ada skema yang sesuai yang telah dimiliki.
Piaget juga mengemumakan teori mengenai perkembangan kognitif tiap individu secara rinci, dari mulai bayi hingga dewasa yang disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss. Kesimpulannya adalah pola berpikir anak tidak sama dengan pola berfikir orang dewasa. Tahap perkembangan kognitif atau taraf kemampuan berpikir seseorang sesuai dengan usianya. Makin Ia dewasa, makin meningkat pula kemampuan berpikirnya. Jadi, kemampuan anak berbeda dengan kemampuan orang dewasa.
Selain itu, perkembangan kognitif seorang individu dipengaruhi pula oleh dukungan dan transmisi sosialnya. Oleh karena itu agar perkembangan kognitif seorang anak berjalan maksimal, sebaiknya diperkaya dengan pengalaman edukatif. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif dari set iap individu yang berkembang secara kronologis (menurut usia kalender) :
a. Tahap sensori motor,
Tahap ini dimulai dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun. Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui pengalaman fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera).
b. Tahap Pra Operasi,
Tahap ini dimulai dari sekitar umur 2 tahun sampai dengan sekitar 7 tahun dan merupakan tahap persiapan untuk pengoperasian operasi konkrit, yaitu berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat obyek-obyek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda pula.
c. Tahap Operasi Konkrit
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, yaitu pada usia sekitar 7 tahun sampai dengan sekitar umur 11 tahun. Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang objektif, dan mampu berpikir reversible.
d. Tahap Operasi Formal
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas, yaitu pada usia 11 tahun dan sterusnya. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Penggunaan benda-benda konkrit tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung. Penalaran yang terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan symbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi.