Rabu, 30 November 2016

Teori Piaget



Teori Piaget
Piaget merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan teori Konstruktivisme. Menurut Piaget adalah suatu schemata atau kumpulan skema-skema. Perkembangan schemata ini berlangsung terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Proses terjadinya adaptasi schemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan ini melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1.  Asimilasi, yaitu proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara langsung.
2.  Akomodasi, yaitu proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Hal ini terjadi karena stimulus baru tidak dapat diasimilasi, karena tidak ada skema yang sesuai yang telah dimiliki.
Piaget juga mengemumakan teori mengenai perkembangan kognitif tiap individu secara rinci, dari mulai bayi hingga dewasa yang disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss. Kesimpulannya adalah pola berpikir anak tidak sama dengan pola berfikir orang dewasa. Tahap perkembangan kognitif atau taraf kemampuan berpikir seseorang sesuai dengan usianya. Makin Ia dewasa, makin meningkat pula kemampuan berpikirnya. Jadi, kemampuan anak berbeda dengan kemampuan orang dewasa.
Selain itu, perkembangan kognitif seorang individu dipengaruhi pula oleh dukungan dan transmisi sosialnya. Oleh karena itu agar perkembangan kognitif seorang anak berjalan maksimal, sebaiknya diperkaya dengan pengalaman edukatif. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif dari set iap individu yang berkembang secara kronologis (menurut usia kalender) :

      a.   Tahap sensori motor,
Tahap ini dimulai dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun. Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui pengalaman fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera).

      b.  Tahap Pra Operasi,
Tahap ini dimulai dari sekitar umur 2 tahun sampai dengan sekitar 7 tahun dan merupakan tahap persiapan untuk pengoperasian operasi konkrit, yaitu berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat obyek-obyek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda pula.

c.  Tahap Operasi Konkrit
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, yaitu pada usia sekitar 7 tahun sampai dengan sekitar umur 11 tahun. Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang objektif, dan mampu berpikir reversible.


d.   Tahap Operasi Formal
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas, yaitu pada usia 11 tahun dan sterusnya.  Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Penggunaan benda-benda konkrit tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung. Penalaran yang terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan symbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi.

Strategi Pembelajaran


Strategi Pembelajaran
Definisi / pengertian strategi pembelajaran. Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatanbelajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Sanjaya, (2007 : 126). Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995) menjelaskan bahwastrategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007 : 126).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaranmerupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.

Pengertian Kurikulum menurut definisi para ahli

Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah. Menurut pendapat Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian kurikulum menurut definisi Good V.Carter (1973),mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.

Dari Pengertian Kurikulum secara umum dan pengertian kurikulum menurut definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan diatas tentang pengertian kurikulum sangatlah fundamental yang menggambarkan fungsi kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah proses pendidikan. Dalam perkembangannya, sejarah indonesia mengenai kurikulum telah berganti-ganti antara lain sebagai berikut...

  • Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran) 
  • Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai 
  • Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan 
  • Tahun 1968 - Kurikulum 1968
  • Tahun 1975 - Kurikulum 1975
  • Tahun 1984 - Kurikulum 1984
  • Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999
  • Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi 
  • Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 
  • Tahun 2013- Kurikulum 2013. 

Model Pembelajaran


Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu pola pembelajaran yang sajikan oleh pengajar mulai dari awal sampai akhir pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran dapat menghasilkan lingkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkahlaku peserta didik secara khusus. Melalui pemahaman berbagai model pembelajaran yang banyak dikembangkan di kelas, seorang pengajar dapat mengembangkan strategi pembelajaran lewat pemikiran sebelum yang bersangkutan berada di kelas. Model pembelajaran dapat membantu pengajar dalam penguasaan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan upaya mengubah tingkah laku peserta didik sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan.

Hal ini berarti model pembelajaran diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Umumnya model pembelajaran yang dikembangkan memiliki berbagai jenis sumber yang secara umum akan membedakan pendekatan yang digunakan dengan sasaran akhirnya adalah perubahan tingkah laku peserta didik. Oleh karena itu, kegunaan model pembelajaran bagi pengajar antara lain membimbing, membantu dalam pengembangan kurikulum, penetapan materi pembelajaran dan peningkatan efektivitas pembelajaran.
Membimbing yang dimaksudkan disini adalah menolong pengajar dalam menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Membantu dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan pemahaman tentang usia peserta didik, sehingga perhatian pengajar di samping pada materi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran juga kondisi psikologis yang sejalan dengan usia peserta didik yang dihadapi. Selanjutnya penetapan materi pembelajaran berkaitan dengan macam dan jenis materi yang dipilih dan digunakan pengajar dalam rangka mengubah tingkah laku peserta didik. Melalui pemilihan materi pembelajaran ini kepribadian peserta didik diharapkan dapat terbentuk lewat kebiasaan cara belajar yang dilakukan. 

Indoktrinasi

Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu. Praktik ini seringkali dibedakan dari pendidikan karena dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi diharapkan untuk tidak mempertanyakan atau secara kritis menguji doktrin yang telah mereka pelajari. Instruksi berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, khususnya, tak dapat disebut indoktrinasi karena prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan menuntut evaluasi diri yang kritis dan sikap bertanya yang skeptis terhadap pikiran sendiri.

Sistem indoktrinasi akan membuat siswa hanya mampu menerima tanpa dapat melakukan improvisasi terhadap sesuatu yang disampaikan. Secara otomatis pengembangan karakter siswa menjadi terkerdilkan oleh sistem yang digunakan.